Leaders Harapan Bangsa

Meyingkap Makna BTQ For Leaders 

Pemuda dan leaders. Apa yang ada dibenak kita ketika mendengar dua kata tersebut? Persepsi ini akan berbeda setelah kita para penerima Beasiswa Tahfidz Qur'an For Leaders angkatan 2016 dan 2017 wilayah jogja dan jawa tengah mengikuti acara pembinaan program BTQ for leaders yang dilaksanakn pada tgl 28 oktober 2017 bertempat di rektorat Universitas Negeri Semarang. Program pembinaan ini rutin diadakan sebulan sekali dengan pemateri adalah orang-orang hebat dan inspiratif .Tepat pada hari sumpah pemuda kemarin, pembinaan disampaikan oleh Bapak Sunaryo Adhiatmoko.

Beliau adalah sosok yang memiliki jiwa kemanusiaan yang luar biasa. Pengalaman hidupnya sudah tak diragukan lagi. Bagaimana tidak? 4 benua dan 23 negara telah dikunjunginya. Seperti palestina, suriah, gaza, turki dan berbagai negara konflik yang dikunjunginya. Bukan sekedar jalan jalan dan beewisata semata, namun demi tugas mulia yaitu membantu umat manusia yang sedang konflik dan membutuhkan bantuan kita. Selain tujuan kemanusiaan, beliau juga mempelajari sebab sebab kehancuran suatu negara supaya nantinya hal yang menyebabkan kehancuran tersebut tidak terjadi di indonesia.

Program BTQ for leaders ini berbeda dengan beasiswa lain. Karena jika beasiswa lain memberikan beasiswa untuk mencukupi kebutuhan hidupn dan ukuran keberhasilan dengan IPK yang tinggi, berbeda dengan BTQ. BTQ adalah beasiswa yang akan mencetak kader kader pemuda harapan bangsa yang memiliki jiwa qur'ani, bermanfaat bagi sesama dan bisa menjadi leaders. 

Pemuda harapan bangsa seperti apa yang diharapkan saat ini ? Jika kita hanya berpikir bahwa pemuda adalah mereka yang usiany masih muda , darahnya .mengalir deras. Maka pengertian tersebut tidaklah tepat untuk mendefinisikan pemuda. Pemuda adalah mereka yang dalam hidupny memikirkan kehidupan generasi selanjutnya. Jika sekarang pemuda berkoar koar diatas mimbar bicara tentang peradaban dan perubahan maka itu hanya basi belaka jika saat ini pemuda banyak mengeluh tanpa ada tindakan nyata dan malas malasan bekerja. 

Pemuda zaman now harus memperbaiki niat masing-masing. Jangan menyimpan dendam, misalkan jika saat ini dia kuliah di universitas ternama dan ketika pulang tidak membawa apa-apa, ia akan merasa malu. Maka apabila ada kesempatan untuk memperkaya diri , korupsi pun menjadi jalannya, hal tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi dendamnya ketika dia pulang ke kampung halamnnya, maka orang-orang akan merasa bangga dan memujinya. 

Pemuda generasi 'micin' mereka akan malu mendengar kata kegagalan. Maka mereka mencari segala cara supaya tidak terjebak pada  kegagalan. Makna kegagalan bukanlah suatu aib yang harus dianggab tabu untuk diperbincangkan. Kgagalan adalah suatu anugerah. Allah memberi kita kegagalan supaya kita lebih bersyukur dan tidak menyombonhkan diri. Barangkali jika kita berhasil saat itu, kita akan sombong "ahh itu gara-gara saya dia bisa seperti itu " dan mungkin jika kita  diberi keberhasilan  saat itu akan menjauhkan kita dari mengingat Allah.swt .

Sekarang ini kita hidup di era generasi "y" , generasi milenial, atau orang menyebutnya 'kids zaman now'. Dimana saat ini kita dimanjakan oleh berbagaiteknologi canggih. Sehingga munculnya generasi autis yang kian merajalela. Hancurnya adab, asosial, dan matinya empati merupakan tanda-tanda munculnya generai autis. 

Negara suriah hancur disebabkan pnduduknya yang autis. Jika pemuda di indonesia sekarang bersikap autis , maka tinggal menunggu waktu saja negara kita akan seperti suriah. Dunia digital yang smakin mendominasi kehidupan manusia, akan menyebabkab lunturnya adab yang mnjadi ciri khas bangsa indonesia. Padahal ibnu mubarok mengatakan bahwa ia mempelajari adab selama 30 tahun dan mempelajari ilmu lain 20 tahun. Hal tersebut menunjukkan betapa adab merupakan ilmu yang sangat penting. Hari ini kita taklukkan dunia bukan dengan teknologi tapi dengan adab. 

Pemuda yang berjiwa qurani. Berapa banyak orang yang khatam menghafal al quran hari ini? Ada puluha bahkan ratusan. Lantas apa yang akan dilakukan ketika sudah khatam? Pertanyaan  seperti itu  harus kembali muncul dalam benak diri kita. Apakah kita sebagai penghafal al quran lantas merasa 'agung' dan mensucikan diri? 

BTQ for leaders bukan dibentuk untuk mencetak generasi seperti itu. Setelah khatam memghafal quran, lantas sudah berapa banyak manfaat yang kita berikan kepada sesama ? Pertanyaan itu yang seharusnya muncul di benak kita masing-masing.

Pemuda qur'ani yang memiliki leaders  adalah aset negara ini. Leaders bukanlah mereka yang duduk dikursi jabatan tertinggi saat ini. Leaders adalah mereka yang bisa memimpin diri masing-masing, belajar hikmah, dan mau mendengarkan serta menempatkan dirinya untuk bermanfaat bagi orang lain.  

BTQ for leaders diharapakan bisa menjadi geneasi harapan bangsa. Menjadi pemuda yang berjiwa qur'ani dan bisa menjadi leaders serta bisa menempatkan dirinya untuk bermanfaat bagi orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Revolusi Paradigma Thomas Kuhn

LKS Materi Macam-macam Sunnah

Resensi Buku 99 Fenomena Menakjubkan dalam Al Qur'an